DOSEN MENGABDI

Pembelajaran Bahasa Inggris melalui Karya Sastra

Mujad Didien Afandi, S.S., M.Pd.
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Berdasarkan hasil observasi pendahuluan di salah satu Madrasah Ibtidaiyah (MI) di desa Pranti, Sidoarjo, pembelajaran bahasa Inggris masih belum berjalan secara efektif, terutama jika dilihat dari aktivitas siswa selama di kelas. Banyak faktor yang menyebabkan siswa belajar secara pasif selama pembelajaran bahasa Inggris. Salah satunya adalah pemilihan bahan ajar untuk siswa. Kegiatan pembelajaran sebagian besar didominasi oleh penggunaan LKS. Memang, LKS mendukung siswa untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka karena melalui LKS mereka dapat belajar dan berlatih ekspresi bahasa Inggris yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Namun, hal itu membuat kegiatan belajar menjadi membosankan dan kurang menarik. Ketidakefisiensian tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru bahasa Inggris khususnya tentang pentingnya keterlibatan karya sastra dalam pembelajaran bahasa Inggris. Selama ini, banyak guru bahasa Inggris belum melihat peran positif karya sastra dalam menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan dalam pembelajaran bahasa Inggris.

Mengingat kuatnya stigma negatif yang melekat pada bahasa Inggris yang menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang menganggap bahwa mata pelajaran ini adalah mata pelajaran yang sulit dan menakutkan, maka pembelajaran bahasa Inggris di semua jenjang pendidikan termasuk sekolah dasar (SD/MI) harus divariasikan dengan penggunaan materi yang lebih menarik dan menyenangkan. Salah satunya adalah dongeng yang tergolong dalam karya sastra.

Pada tingkat SD, materi penunjang yang lebih cocok untuk siswa adalah dongeng karena beberapa alasan: (1) kesederhanaan alur, (2) tingkat kesulitan kosakata, (3) cerita yang menarik dan menyenangkan yang sesuai dengan usia siswa. Mengingat dunia anak dekat dengan fantasi dan imajinasi, dongeng merupakan pilihan teks yang tepat karena mengandung fantasi yang dapat mendukung imajinasi. Alasan tersebut menjadi dasar pertimbangan mengapa pembelajaran bahasa Inggris di MI tersebut juga perlu melibatkan karya sastra, khususnya dongeng.

Oleh karena itu, penulis melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PkM) untuk memberikan pengetahuan tentang pembelajaran bahasa Inggris dengan menggunakan karya sastra khususnya dongeng. Koushky (2019) bahwa penggunaan sastra di kelas bahasa Inggris dapat memperdalam atau memperkuat keterlibatan siswa dalam materi yang mereka pelajari. Keterlibatan atau keterikatan siswa diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa untuk berperan aktif selama kelas bahasa Inggris.

Pelaksanaan program PkM ini dilakukan dengan metode tatap muka (offline) yang terbagi dalam tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap perencanaan, tim melakukan survei lokasi dan observasi awal untuk mendapatkan gambaran tentang mitra. Tim ini menemukan dan mendiskusikan masalah dalam pembelajaran bahasa Inggris, serta menawarkan solusi. Tahap implementasi merupakan inti dari program PkM ini yang meliputi (1) kegiatan sosialisasi penggunaan karya sastra dalam pembelajaran bahasa Inggris, (2) pemberian pretest untuk menilai penguasaan kosa kata siswa, (3) pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris melalui karya sastra berjudul “Jack and the Beanstalk”, dan (4) evaluasi program ini dengan menilai hasil pretest dan posttest siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman materi setelah belajar bahasa Inggris melalui karya sastra.

Pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris melalui karya sastra berbentuk dongeng di ruang kelas meliputi (1) penjelasan tujuan pembelajaran, (2) pembagian naskah dongeng Jack and the Beanstalk dan lembar kerja, (3) kegiatan brainstorming untuk menghasilkan ide-ide yang berkaitan dengan dongeng, (4) memutar film yang diadaptasi dari dongeng, (5) menggunakan flashcard untuk mendukung kegiatan belajar siswa, (6) melakukan penilaian pada siswa untuk mengecek pemahamannya tentang dongeng melalui pertanyaan lisan dan latihan, (7) pemberian posttest untuk menilai tingkat penguasaan kosakata yang digunakan dalam dongeng. Selain itu, tim PkM ini juga memantau dan memberikan bimbingan penggunaan karya sastra dalam pembelajaran bahasa Inggris

Seusai pelaksanaan program PkM ini, data nilai dari pretest dan posttest dikalkulasi untuk mengetahui efektivitas penggunaan karya sastra dalam pembelajaran bahasa Inggris dengan menghitung skor N-Gain (Normalized Gain Score). Hasil yang diperoleh dari 25 siswa cukup memuaskan yang dibuktikan dengan adanya peningkatan penguasaan kosa kata setelah belajar bahasa Inggris melalui karya sastra. Pretest menunjukkan rerata skor sebesar 45,2, sedangkan rerata skor posttest sebesar 84,8. Hasil ini menunjukkan peningkatan yang signifikan. Skor N-Gain menunjukkan angka sebesar 72,2 yang membuktikan bahwa pembelajaran bahasa Inggris melalui karya sastra cukup efektif.  Penggunaan teks sastra ketika belajar bahasa Inggris memberikan lebih banyak semangat kepada siswa. Tevdovska (2016) menegaskan bahwa teks sastra sangat memotivasi dan merangsang intelektual. Mereka memungkinkan siswa untuk menciptakan dunia yang mungkin tidak mereka kenal. Apalagi kegiatan pembelajaran bahasa Inggris melalui karya sastra memberikan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Artinya karya sastra yang digunakan di dalam kelas menciptakan imajinasi siswa. Mereka perlu bergantung pada bahasa yang mereka pelajari. Ini memberi mereka motivasi yang lebih tinggi untuk belajar bahasa Inggris. Oleh karena itu pembelajaran bahasa Inggris menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Itulah alasan mengapa belajar bahasa Inggris melalui karya sastra lebih efektif.

Fina Amru Millati, S.Kom

Staff Bidang 3 dan IT LPPM UNUSA

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *