DOSEN MENGABDI

SOSIALISASI & PELATIHAN CARE GIVER UNTUK PENINGKATAN PENGETAHUAN SEBAGAI MODAL UNTUK PENDAMPINGAN PADA LANSIA

Iis Noventi, S.Kep.Ns., M.Kep
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun keatas,  pada lansia terjadi proses penuaan yang sifatnya alamiah dan non patologis akan tetapi proses penuaan menjadi salah satu faktor risiko mayor yang bisa menyebabkan beberapa masalah kesehatan. Demensia menjadi salah satu gangguan yang bisa terjadi pada lansia akibat proses penuaan. Demensia merupakan kondisi kinerja otak manusia yang mengalami penurunan yang diakibatkan oleh beberapa jenis penyakit. Pada umumnya demensia belum dapat disembuhkan, namun bentuk perawatan dan aktivitas sehari-hari yang tepat dapat memperlambat laju demensia. Berdasarkan data jumlah penderita demensia di dunia sekitar 46,8 hinga 50 juta orang. Kasus demensia di Indonesia pada tahun 2016 mencapai 1,2 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya. Demensia ini terjadi pula dengan lansia transgender, menurut satu perkiraan, ada sekitar 56.000 lesbian dan gay yang hidup dengan demensia di Inggris.  Mayoritas transgender di Indonesia masih harus memperjuangkan jati diri mereka seumur hidupnya, termasuk dalam mengakses layanan kesehatan, adanya berbagai perlakuan diskrimininatif yang kerap dialami para transpuan dan gender minoritas lainnya.

keberadaan waria yang mengalami penolakan di lingkungan masyarakat maupun di dalam keluarga karena berperilaku menyimpang dapat memberikan permasalahan serius berupa beban serta kecemasan pada personality-nya. Dari pengalaman tidak tertangani secara memadai maka transgender mempunyai kecenderungan untuk tidak memeriksakan diri saat sakit atau keperluan kesehatan lainnya ke sarana pelayanan kesehatan. Lansia transgender memiliki banyak kesamaan dalam memenuhi kebutuhan dengan lainnya, tetapi juga memiliki pengalaman dan kebutuhan yang unik. Banyak lansia transgender mengalami diskriminasi seumur hidup dan stigma sosial, serta diskriminasi dalam pelayanan kesehatan, pekerjaan, dan pelayanan sosial. Karena hal tersebut, lansia dengan transgender sebagai kelompok yang mengalami kesenjangan kesehatan sosial, keuangan, fisik dan mental, dan berada pada risiko yang lebih tinggi untuk berkembang menjadi penyakit kronis, didiagnosis dengan depresi dan kecemasan, hidup dalam kemiskinan, dan mengalami isolasi sosial. Keterbatasan aktivitas fisik penderita demensia menyebabkan penderita demensia membutuhkan orang lain dalam kehidupan sehari-harinya. Maka dari itu demensia dianggap menjadi salah satu penyebab utama kecacatan dan ketergantungan di seluruh dunia.

Caregiver sangat berperan penting dalam melakukan perawatan bagi lansia dengan demensia. Tanpa kemampuan dan pengetahuan yang memadai, usaha perawatan bagi lansia dengan demensia tidak akan memberi hasil dan kemajuan yang positif. Tingkat kesadaran maupun pengetahuan yang minim terhadap demensia akan berdampak pada efektivitas perawatan terhadap lansia dengan demensia. Bentuk pelayanan yang tidak efektif, akan mempengaruhi kondisi dan kualitas hidup lansia dengan demensia dan pada akhirnya juga berpengaruh pada kondisi psikologis dan kualitas hidup caregiver maupun keluarga pendamping. Survei tersebut berdasarkan 10 tanda dasar gejala dementia, antara lain; 1) gangguan daya ingat; 2) sulit fokus; 3) sulit melakukan kegiatan yang familier; 4) disorientasi; 5) kesulitan memahami visio spasial; 6) kesulitan berkomunikasi; 7) menaruh barang tidak pada tempatnya; 8) salah membuat keputusan; 9) menarik diri dari pergaulan; dan 10) perubahan perilaku dan kepribadian.

Target utama peserta adalah anggota pondok pesantren yang masih sehat dan punya kemauan untuk merawat lansia transgender yang beresiko demensia dan yang sudah demensia dan bertempat tinggal di pondok. Anggota ponpes yang masih sehat yang nantinya menjadi care giver perlu dibekali kemampuan penanganan, perawatan dan pemantauan perkembangan kesehatan pada lansia yang ada di panti. Karena anngota yang ditunjuk sebagai caregiver lebih mengenal masalah pada lansia yang sakit dan senasib dengan identitas transgender yang sama, mengambil keputusan secara bersama di komunitasnya, merawat lansia yang sakit, serta bagaiamana mencari pelayanan kesehatan saat keadaan kritis atau perlu rujukan. Kesiapsiagaan care giver untuk melakukan perawatan pada kelompoknya menjadi prioritas dalam pengabdian masyarakat ini. Ketangguhan dan kepedulian pada anggota lainnya dalam mengantisipasi, memprotesksi diri dan melakukan perawatan, perlu diikuti dengan kemampuan care giver dalam membantu memenuhi kebutuhan pada lansia yang tidak mandiri dan perlu bantuan sebagian atau total, berupa pelatihan care giver untuk peningkatan pengetahuan dan sebagai modal untuk pendampingan pada lansia perlu dibekali sebagai wujud peningkatan kualitas hidup lansia dalam mewujudkan lansia sejahtera, mandiri dan sehat secara fisik, psikologis social dan spiritual. Pada tahap pertama kegiatannya adalah care giver lansia diberikan sosialisasi dan pelatihan melalui kemitraan dengan Puskesmas dan bekerja sama dengan WCC (Waria Crisis Center) untuk meningkatkan keterampilan/kecakapan dalam memberikan bantuan pada lansia yang tidak mempunyai kemampuan untuk mememnuhi kebutuhan sehari-hari.

Fina Amru Millati, S.Kom

Staff Bidang 3 dan IT LPPM UNUSA

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *