DOSEN MENGABDI

Menghadapi Anak Dimasa Pandemic Dengan Jurus Five Continuum Language

Jauharotur Rihlah, S.Pd., M.Pd
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Problematika yang sedang dihadapi oleh pendidik saat ini yakni terjadi pandemi corona virus 2019 seperti yang dikemukakan Choerotunnisa (dalam Oktaria, 2020) yang mengaharuskan semua aktivitas dipusatkan di rumah mulai dari bekerja, belajar, dan sekolah melalui sistem pembelajaran daring, mengingat betapa ganas dan cepatnya penularan virus ini, maka pemerintah menginstruksikan semua elemen lembaga pendidikan untuk tetap melaksanakan proses pembelajaran melalui daring yang serba online, sehingga pendidik diharuskan mampu beradaptasi dengan sistem pendidikan yang baru dikenal dengan sebutan new normal.

Dengan penerapan sistem pembelajaran daring, komunikasi antara orang tua dan pendidik sangatlah penting bagi perkembangan bahasa dan sosial anak. Peran orang tua sangat dibutuhkan saat ini mengingat pandemi covid-19 yang masih berkepanjangan sehingga orang tua diharapkan mampu memberikan kontribusi perkembangan bahasa yang terbaik untuk anaknya agar pembelajaran tetap berjalan optimal meskipun akan berdampak pada perkembangan anak. (Zauche, 2017; Ganapathy, 2016; Pancsofar, 2010; Lemonda, 2009; Safwat, 2014). Perkembangan sosial anak diperlukan untuk menumbuhkan aspek toleran, aktif, dan meniru pada anak usia dini, sehingga anak dapat terhindar dari perilaku yang menyimpang di kehidupan selanjutnya.

Berdasarkan hasil observasi di KB TK Khadijah Pandegiling, ditemukan beberapa permasalahan diantaranya yaitu Perubahan sistem pembelajaran Daring/ online, sehingga terhambatnya komunikasi dan interaksi antara guru dan anak. Pemberiaan stimulasi pembelajaran terhambat. Banyak orang tua yang tidak mampu mendampingi anak saat belajar dirumah sehingga komunikasi antara orang tua dan anak tidak baik. Hal tersebut merupakan faktor menurunnya perkembangan sosial emosional anak dikarenakan pembiasan-pembiasaan baik yang sudah diajarkan disekolah tidak diterapkan dirumah dengan baik. Kebanyakan orang tua tidak sabar dan emosi saat menghadapi anak belajar di rumah. Lingkungan rumah dan pembiasaan di rumah kurang baik sehingga dapat membuat perubahan berbahasa dan berperilaku sosial anak yang sudah tertanam dari sekolah.

TK Khadijah Pandegiling Surabaya merupakan TK Islam yang dijadikan sebagai TK Islamic full day school jugaTK Percontohan di Surabaya yang menggunakan model pembelajaran sentra serta pembelajaran agama yang khas yang diterapkan melalui pembiasaan-pembiasaan berupa akhlakul karimah, doa-doa, asmaul husnah, sholawat, surat pendek, mengaji, kalimat- kalimat thoyyibah dan ibadah serta pendidikan ilmu pengetahuan umum yang diintegrasikan dengan keimanan dan ketaqwaan.

Di TK Khadijah Pandegiling kegiatan pembelajaran sangatlah berbeda dengan TK lain. Di TK ini, semua kegiatan pembelajaran mengandung tujuan dari aspek perkembangan yang berlandaskan pendidikan agama. Sehingga kemampuan sosial emosional yang tertanam dilandaskan dengan pengetahuan agama. Komunikasi antara guru dan anak sangat baik dengan menggunakan bahasa yang sopan dan santun serta menggunakan bahasa SPOK . Hal ini merupakan faktor penunjang kemampuan bahasa dan sosial emosional anak.

Dari uraian di atas maka perlu adanya pembinaan dan pelatihan kepada pendidk dan orang tua dalam hal pemberian stimulasi perkembangan berbahasa dan sosial emosional anak melalui Five Continum Language di KB TK Khadijah Pandegiling Surabaya. 

Five continuum language merupakan tahapan-tahapan pemberian respons yang tepat terhadap aktivitas bermain dan belajar anak agar proses anak belajar berjalan aman, lancar dan bermakna. Berikut lima kontinum mutu berbahasa yang dilakukan guru kepada siswa dengan pendekatan metode sentra menurut Syahputra (2014): Visualy Looking On (VLO), Guru melihat dan mengamati semua muridnya, sehingga guru mengetahui setiap kejadian dan pekerjaan yang murid lakukan. VLO tidak berupa kalimat, melainkan hanya mengguanakan indera penglihatan dan pendengaran yang dimiliki guru.

Non Directive Statement (NDS), Pernyataan dan bentuk arahan secara tidak langsung terhadap apa yang anak lakukan atau apa yang harus lakukan. Untuk mengingat dan membangun intra personal yang lebih tinggi. Melihat fakta dinarasikan tidak menggunakan sepertinya karena kenyataannya seperti itu. Contoh: “Ibu melihat ada seorang anak yang naik ke atas meja.”

Question (Q), Menyampaikan informasi dengan merangsang anak menggunakan kalimat tanya. Contoh: “Apakah kamu tahu fungsi meja?”. Directive Statement (DS), Pernyataan dan bentuk arahan secara langsung terhadap apa yang harus anak lakukan. Contoh: “ Meja untuk menulis dan untuk makan” “Gunakan alat sesuai fungsi”. Physical intervention, Tindakan langsung guru terhadap anak. Tindakan dapat berupa sentuhan langsung terhadap anak atau terhadap benda yang berhubungan dengan anak tersebut. Contoh: “Maaf, kamu belum dapat menggunakan meja sesuai fungsi. Ibu akan bantu kamu turun dari atas meja” (langsung guru menyentuh anak).

Hasil dari pelaksanaan kegiatan pelatihan dan pendampingan yaitu guru dan orang tua TK Khadijah Pandegiling Surabaya dapat lebih memahami bagaimna cara berkomunikasi yang baik dengan anak. Selain itu perkembangan sosial emosional anak, guru dan orang tua terkontrol dan berkembang dengan baik. Hal ini dapat diketahui dari hasil angket dan implementasi dari video pembelajaran penerapan five language continum.

Kesimpulannya yakni kegiatan pelatihan dan pendampingan penerapan five language continum terlaksana dengan baik dan memberikan manfaat kepada guru dan walimurid TK Khadijah Pandegiling Surabaya. Harapannya, kegiatan serupa dapat terus dilaksanakan agar dapat meningkatkan kemampuan sosial emosional dan berkomunikasi guru.

LppmUnusa

Jika mengalami kendala dalam mengakses dokumen seperti (hak akses, password file, dsb) segera hubungi admin lppm

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *