PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK DENGAN METODE TAKAKURA DI PONDOK PESANTREN JABAL NOER SIDOARJO

Edza Aria Wikurendra, S.KL, M.KL
Dosen S1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
Pondok pesantren merupakan ciri khas negara Indonesia sebagai salah satu warisan budaya yang dibentuk lembaga atau yayasan tertentu dengan tujuan agar tetap menanamkan keimanan, ketakwaan, toleransi, moderat, keseimbangan, nilai luhur bangsa melalui pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan masyarakat sebagai penerus dan pemegang estafet kepemimpinan kedepannya. Aktifitas kerumah-tanggaan pondok pesantren menghasilkan buangan berupa sampah yang sangat banyak. Sampah sisa makanan sehari-hari adalah yang paling mendominasi dikalangan santri sehingga ini menimbulkan permasalahan yang serius. Selama ini santri belum memanfaatkan sampah yang mereka produksi untuk diubah menjadi barang yang bernilai.
Kondisi lingkungan pondok pesantren asrama putra dan putri di Pondok Pesantren Jabal Noer Sidoarjo yang menjadi perhatian adalah banyaknya limbah sampah pondok pesantren. Walaupun limbah sampah sudah dipisah antara sampah kamar mandi, kamar, dan dapur akan tetapi saat pengangkutan sampah akan dijadikan satu untuk di buang. Pengambilan sampah diangkut oleh petugas dan di buang di luar area pondok pesantren karena lahan pengolahan yang belum tersedia dari pondok pesantren. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan sampah organik domestik adalah mengolah sampah tersebut dengan melibatkan santri
Mengingat pentingnya mengendalikan produksi sampah yang sangat banyak untuk menjamin kesehatan lingkungan dan masyarakat serta pentingnya pupuk kompos dalam memperbaiki struktur tanah, maka perlu ide kreatif untuk membuat pupuk kompos dengan cara yang sederhana dan dapat dilakukan dalam skala rumah tangga yaitu dengan keranjang takakura. Metode ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan metode lain, yaitu 1) Praktis, tidak membutuhkan lokasi yang luas, keranjang bisa ditempatkan dimana saja sesuai kebutuhan. 2) Mudah, karena sampah hanya dimasukan dan dikubur dalam komposter tanpa penambahan cairan atau zat khusus. 3) Tidak Berbau, karena prosesnya melalui fermentasi bukan pembusukan.

Kegiatan penyuluhan ini dihadiri oleh 17 santri di Pondok Pesantren Jabal Noer Sidoarjo. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan dengan penyampaian materi dan pelatihan pengomposan dengan metode takakura. Santri tidak hanya diberikan informasi seputar pengolahan sampah tapi juga dibimbing secara langsung praktik pengelolaan sampah dengan metode takakura. Kegiatan pengmas ini mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan santri dalam mengelola sampah organik dengan metode takakura. Edza Aria Wikurendra, S.KL, M.KL yang merupakan koordinator kegiatan ini menyampaikan bahwa “pengomposan dengan metode takakura dapat dilaksanakan dalam skala rumah tangga dengan biaya yang sangat terjangkau, sehingga kedepan diharapkan jumlah timbulan sampah organik di Pondok Pesantren Jabal Noer Sidoarjo dapat berkurang dan hasil dari pengomposan metode takakura memberikan manfaat bagi pertumbuhan tanaman”.