Pentingnya Budidaya Tanaman Toga sebagai Terapi Pengobatan Herbal Penyakit Degeneratif

dr. Renny Novi Puspitasari, M.Si
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
Penyakit degeneratif adalah kondisi kesehatan yang menyebabkan jaringan atau organ memburuk dari waktu ke waktu. Ada cukup banyak jenis penyakit generatif yang terkait dengan penuaan, atau memburuk selama proses penuaan,terkait juga masalah genetik dan pilihan gaya hidup. Dalam mengatasi masalah penyakit degeneratif, pemerintah Indonesia menetapkan kebijakan dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan. Primary Health Care (PHC) merupakan suatu strategi yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk mencapai kesehatan semua masyarakat. Salah satu unsur penting dalam Primary Health Care (PHC) adalah penerapan teknologi tepat guna dan peran serta masyarakat salah satunya berbentuk upaya pengobatan tradisional berupa TOGA.
Tanaman Obat Keluarga (TOGA) pada hakekatnya adalah tanaman berkhasiat yang ditanam di lahan pekarangan yang dikelola oleh keluarga. Ditanam dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan tradisional yang dapat dibuat sendiri. Bagian dari tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat adalah bagian daun, kulit batang, buah, biji dan akarnya. Manfaat TOGA selain sebagai obat juga memiliki beberapa manfaat lain yaitu sebagai penambah gizi, bumbu atau bahan rempah-rempah masakan dan dapat menambah keindahan. Tanaman obat keluarga (TOGA) menjadi salah satu pilihan masyarakat untuk ditanam di lahan pekarangan, dengan pertimbangan karena dapat dimanfaatkan untuk kesehatan.
Dalam Hibah Internal Unusa 2023 tahun ini, dr. Renny Novi Puspitasari, M. Si. mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat yang berjudul “Budidaya Tanaman TOGA sebagai Terapi Penyakit Degeneratif” di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo dengan sasaran santri. Alasan mengapa memilih dan mengangkat tema tersebut dikarenakan perlunya pengetahuan sedini mungkin bagi remaja atau para santri dalam memahami dan mengetahui pentingnya budidaya toga dilingkungan sekitar mereka. Berdasarkan dari hasil kegiatan penyuluhan didapatkan peningkatan pengetahuan sebesar 18% santriwati yang mampu mendapatkan nilai sangat baik dari sebelumnya hanya 3% saja. Lalu mendapatkan nilai cukup baik 73% santriwati dari sebelumnya hanya 20%. Dari peningkatan tersebut diharapkan para santri mampu memahami dengan baik manfaat budidaya toga sehingga mampu dijadikan terapi pengobatan herbal penyakit degeneratif.