DOSEN MENGABDI

Antisipasi Kegawatan Ibu Hamil Saat Terjadi Bencana

Ika Mardiyanti*, Ratna Ariesta Dwi Andriani, Rizki Amalia, Marselli Widya Lestari
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Angka kematian ibu di Indonesia masih terbilang tinggi. Berdasarkan data pada 2015, angka kematian ibu di Indonesia sebanyak 305 per 100.000 kelahiran hidup. Perlu diketahui, Angka Kematian Ibu (AKI) adalah rasio dari kematian ibu selama kehamilan, persalinan dan nifas, yang disebabkan oleh komplikasi di setiap 100.000 kelahiran hidup.  Lebih buruk lagi bila terjadi pada kondisi bencana, karena terganggunya sistem pelayanan kesehatan. Sampai saat ini data kasus kematian ibu pada daerah bencana belum terdokumentasi.

Menurut UU PB pasal 55, ibu hamil termasuk dalam kelompok rentan dalam bencana, dimana kelompok masyarakat rentan (vulnerability) harus mendapatkan prioritas. Perlu disadari bahwa Indonesia merupakan wilayah yang rawan bencana dimana bencana bisa terjadi kapan saja tanpa bisa dipresdiksi dengan tepat. Pada kondisi bencana penanganan perempuan khususnya ibu hamil sangat membutuhkan perlakuan khusus. Karena bila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan seperti abortus (keguguran), kelahiran prematur, stres, perdarahan dan gawat janin.

Ada beberapa asuhan yang bisa diberikan kepada ibu hamil sebelum bencana, saat bencana dan pra bencana. Harapannya adalah meminimalisir dampak atau komplikasi yang ditimbulkan akibat bencana tersebut. Asuhan untuk ibu hamil sebelum bencana diantara lain yakni membekali ibu hamil dengan pengetahuan mengenai umur kehamilan, gambaran proses kelahiran, ASI eksklusif dan MPASI, melibatkan ibu hamil dalam kegiatan kesiapsiagaan bencana, misalnya dalam simulasi bencana, menyiapkan tenaga kesehatan dan relawan yang trampil menangani kegawat daruratan pada ibu hamil dan bayi melalui pelatihan atau workshop. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanggulangan bencana pada ibu hamil dan melahirkan yaitu mengurangi risiko tekanan darah rendah maupun darah tinggi, meningkatkan kebutuhan oksigen, mempersiapkan kelahiran yang aman dan perawatan bayi baru lahir.

Asuhan yang bisa diberikan saat terjadi bencana antara lain: mengkaji kesehatan pada ibu hamil dan janin saat terjadi bencana. Pengkajian ini meliputi : berat badan, pembengkakan kaki, tensi darah, kesehatan janin dikaji dengan mengukur gerakan dan denyut jantungnya. Proses evakuasi dilakukan dengan posisi miring dan lutut dilipat. Jika terdapat cedera punggung lakukan usaha agar vena cava inferior tidak tertindih rahim. Beberapa cedera yang perlu diwaspadai adalah terjadinya perdarahan, syok, DIC (disseminated intravascular coagulation), dan eklamsi. Pemulihan gizi dan psikis ibu hamil juga sangat penting untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan pada ibu maupun janin. Hal tersebut sebisa mungkin dilakukan dengan baik dan benar sebab akan ada masalah-masalah kesehatan yang dapat terjadi seperti tekanan darah rendah, tekanan darah tinggi, janin kurang oksigen, hipotermi dan menyusui tidak efektif. Bagi ibu yang masih dapat dipertahankan kehamilannya, dipantau terus kondisi ibu dan janinnya agar dapat melahirkan dengan selamat pada waktunya (> 37 minggu atau 9 bulan). Bagi ibu yang sudah melahirkan fungsi dan tugas ibu merawat bayi harus tetap dijalankan, baik di tempat pengungsian ataupun di lingkungan keluarga.

Asuhan yang bisa diberikan pasca bencana pasca bencana yakni dengan memberikan makanan siap saji untuk ibu menyusui pada 5 hari pertama pasca bencana, pemberian pemberian ASI (Air Susu Ibu), dan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang berkualitas bagi bayi.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan dan melindungi wanita, anak-anak terkhususnya ibu hamil diantaranya dengan membangun layanan kesehatan obstetric gynekologi dengan tenaga yang terlatih di tempat penampungan atau pengungsian, memberikan informasi dan edukasi tentang kesehatan seksual dan reproduksi  yang harus dipenuhi di pengungsian, memastikan perlengkapan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual dan enyusun pedoman kesiapsiagaan ibu hamil saat bencana. Selain itu strategi prenatal care dan distribusi korban juga penting dilakukan seperti menyusun standar prosedur pendataan (sensus) untuk mengidentifikasi wanita hamil dan setelah melahirkan, mengidentifikasi Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) dan tanggal perkiraan persalinan, mengidentifikasi kehamilan berisiko tinggi, menginformasikan ibu hamil tentang tanda-tanda dan gejala persalinan normal dan tidak normal.

Orang Indonesia seringkali menutup mata tentang hal hal buruk yang mungkin saja terjadi pasrah, berdoa namun tidak melakukan apa apa atau bahkan memperburuk keadaan. Ketika terjadi bencana sudah selayaknya kita mengajak anggota keluarga lainnya , mengajak keluarga terdekat atau keluarga lain di lingkungan sekitar dan sadar serta siap untuk selamat. Sebelum bencana ada beberapa upaya Promotif dan preventif  bagi tenaga kesehatan dan ibu hamil. Upaya tersebut meliputi: pendidikan kesehatan mengenai alat kontrasepsi, HIV/AIDS, perawatan bayi baru Lahir, dan laktasi, kesiapsiagaan ibu hamil terhadap keadaan darurat melahirkan, pelatihan terhadap tenaga medis, perawat, dan bidan tentang penanganan kegawat daruratan obstetri. Pemetaan sistem rujukan dengan mengkhususkan penanganan obstetrik ginekologi wajib dijalankan dengan baik saat terjadi bencana. Tenaga kesehatan hendaknya memfasilitasi pelayanan kesehatan di pengungsian dengan peralatan emergency obstetrik ginekologi dan menjamin ketersediaan tenaga kesehatan khusus obstetri ginekologi. Selain itu menjamin pemenuhan ASI terhadap anak selama bencana dengan pojok ASI. Ketika bencana telah terlalui penting adanya pengembalian kesehatan mental akibat trauma bencana dengan Logo Therapy. Pemeriksaan kesehatan reproduksi secara berkelanjutan juga perlu dilakukan dan memberikan pendampingan kesehatan bagi wanita resiko tinggi dan anak-anak korban bencana.

Dengan memberikan asuhan yang tepat kepada ibu hamil diharapkan komplikasi atau dampak yang ditimbulkan akibat bencana bisa diminimalisir sebaik mungkin, dengan harapan AKI di Indonesia bisa mengalami penurunan, terlepas dari kondisi Indonesia yang dikenal sebagai negara rawan terjadi bencana.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *