Andini Hardiningrum, S.Pd.,M.Pd Dosen S1 PG-PAUD FKIP Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
Komunikasi sering kita lakukan dengan anak maupun orang lain yang kita temui untuk menyampaikan sesuatu. Terkadang manusia lupa akan makna komunikasi yang baik dengan manusia lain untuk menyampaikan pesan sesuai dengan maksud yang dituju. Menurut James A. F. Stoner, pengertian komunikasi adalah suatu proses pada seseorang yang berusaha untuk memberikan pengertian dan informasi dengan cara menyampaikan pesan kepada orang lain. Lalu Menurut Bahri (2004: 11) secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa latin communication, yang akar katanya adalah communis dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai satu hal.
Seringkali kita sebagai manusia lebih mementingkan pesan yang ingin disampaikan daripada komunikasi yang benar dan baik pada oranglain khususnya anak. Tanpa komunikasi suatu hubungan tidak akan terjalin baik. Pada usia ini, anak baru dapat berpikir konkrit. Ia belum mampu membedakan antara fantasi dan realita. Selain itu, anak juga baru mulai belajar teknis cara berbicara dan mengenal kosakata. Keterbatasan kemampuan komunikasinya membuat anak sering mengandalkan fisik/perilakunya dalam mengekspresikan diri. Dengan keterbatasan tersebut, anak masih membutuhkan bimbingan untuk berbicara dengan baik, mengelola emosi, dan rutinitas untuk memberi struktur pada aktivitasnya agar ia merasa aman.
Menurut Zarkasyi (2005: 65) komunikasi dapat berlangsung dengan melibatkan tiga komponen, yaitu pembicara (orang tua/guru), pendengar (anak), dan pesan yang dikomunikasikan. Ini artinya bahwa komunikasi hanya dapat berjalan dengan lancar apabila antara orang tua dan anak mampu mengemukakan diri secara jelas dan bersedia mendengarkan pesan yang bersifat verbal maupun isarat (non verbal) atau gerakan tubuh lawan bicara. Bayangkan saja apabila komunikasi yang kita lakukan dengan anak mengandung unsur-unsur diatas maka komunikasi dapat berlangsung dengan baik dan dapat mendekatkan diri kita dengan anak.
Dalam pembelajaran di masa pandemi covid-19 ini membuat komunikasi yang dilakukan guru dan anak didik sangat terbatas. Semua pembelajaran tatap muka dihentikan sementara dan diganti belajar dari rumah (BDR) secara daring. Belajar dari rumah merupakan salah satu usaha pemerintah agar anak-anak tetap dapat berkomunikasi dengan gurunya meski pembelajaran tidak dilakukan tatap muka. Selain itu agar anak didik dapat berkomunikasi dengan intens sehingga memudakan anak untuk mendapatkan informasi lebih lengkap. Sehingga perlu adanya strategi komunikasi yang baik antara guru dan orangtua untuk lebih memaksimalkan perkembangan anak selama belajar dari rumah. Karena selama belajar dari rumah, anak selau didampingi oleh orangtua. Komunikasi yang baik dan efektif antara guru dan orangtua akan menciptakan proses belajar mengajar yang efektif sebab perkataan yang disampaikan oleh guru mengandung pesan yang sangat penting (Effendy, 2004). Terkadang sebagai seorang guru tidak selalu mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik dalam menyampaikan pesan sehingga akan terjadi salah informasi yang berakibat fatal, sehingga guru harus mempunyai strategi berkomunikasi yang baik. Karena keberhasilan Pendidikan berhubungan dengan keterampilan guru dalam mengelola kelas dan pembelaran (Sumanto, 1990).
Bagaimana cara yang terbaik dalam berkomunikasi dengan anak? 1. Mengamati 2. Bertutur kata lisan dan tulisan 3. Mendengarkan dan Memahami, 4. Kecerdasan Emosional, 5. Keterampilan Komunikasi yang Perlu Dimiliki Guru 6. Self-Efficacy, 7. Percaya Diri, 8. Rasa Hormat Menyampaikan pesan dengan sopan dan menghargai, 9. Komunikasi Non-Verbal Jika dilakukan secara tatap muka, baik daring maupun luring, hal ini menambah kelancaran dalam berkomunikasi, 10 Membangun Komunikasi Positif Antara Guru PAUD dengan Orang Tua Murid (Selama Kebijakan Belajar dari Rumah, 11. Pemilihan Media yang Tepat, 12. Memberikan Umpan Balik Komunikasi.
