Keunggulan Fitur Google Classroom untuk Pembelajaran Daring

Mujad Didien Afandi, S.S., M.Pd.
Univrsitas Nahdlatul Ulama Surabaya
Siswa tingkat sekolah dasar di MI Ishlahul Ummah Pranti, Sidoarjo juga mengalami dampak dari pandemi Covid-19 yang sama dengan siswa di daerah lain. Selama pandemi, pemerintah pusat dan daerah melarang dan membatasi semua kegiatan pembelajaran di sekolah yang berlokasi di area dengan tingkat penyebaran Covid-19 yang mengkhawatirkan sehingga mereka harus belajar dari rumah secara penuh untuk mengurangi resiko penularan Covid-19. Kabupaten Sidoarjo juga termasuk dalam daftar area beresiko tinggi untuk penularan Covid-19. Untuk mengikuti instruksi pemerintah tersebut, sekolah tersebut tetap menjalankan kegiatan pembelajaran daring (online) tanpa menghadirkan siswa di sekolah.
Selama pandemi, para siswa di sekolah tersebut mengalami kendala dengan pemanfaatan teknologi untuk mendukung pembelajaran dari rumah. Selama ini, guru memberi tugas kepada siswa untuk dikerjakan di rumah. Kebijakan ini sudah sesuai dengan instruksi pemerintah. Namun, ada kendala pada pendistribusian tugas-tugas tersebut. Selama pandemi, orang tua atau wali siswa diminta datang ke sekolah untuk mengambil buku tugas atau lembar kerja siswa (LKS) di awal minggu, biasanya di hari Senin. Lalu, para siswa mengerjakan tugas tersebut di rumah. Setelah pengerjaan tugas selesai, mereka diminta datang ke sekolah lagi untuk menyerahkan tugas tersebut di akhir minggu, biasanya di hari Sabtu.
Pembelajaran yang dilakukan dengan cara seperti ini tidak efektif dan efisien karena metode ini tidak memfasilitasi partisipasi siswa secara langsung dan tidak mendukung pembelajaran secara aktif. Lagipula, pendistribusian buku tugas atau lembar kerja siswa (LKS) juga memberi beban tambahan kepada orang tua atau wali siswa karena mereka harus mendatangi sekolah sebanyak dua kali untuk mengambil dan mengumpulkannya. Padahal, pemerintah menganjurkan untuk meminimalkan interaksi yang tidak perlu untuk mengurangi resiko penularan Covid-19.
Sebenarnya banyak media alternatif yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung pembelajaran virtual atau secara online. Namun, media-media tersebut terkadang tidak sesuai dengan kondisi dan situasi sekolah dan siswanya, misalnya Zoom Cloud Meeting dan Google Meet. Kedua media virtual meeting tersebut membutuhkan biaya yang sangat tinggi untuk pembelian kuota internet. Para guru dan siswa masih mempunyai pilihan dengan menggunakan aplikasi alternatif lain, misalnya Whatsapp, Facebook, Instagram, dan lain-lain. Namun, aplikasi media sosial tersebut tidak didesain khusus untuk memfasilitasi pembelajaran daring secara maksimal.
Ada banyak media gratis yang bisa dipilih dan digunakan untuk mendukung pembelajaran secara daring dengan memanfaatkan teknologi internet, di antaranya adalah Google Classroom. Aplikasi ini adalah salah satu dari sistem manajemen pembelajaran atau Learning Management System (LMS) yang diperkenalkan sebagai fitur dari Google Apps untuk mendukung pembelajaran yang didesain untuk “menyederhanakan pembuatan, pendistribusian, dan penilaian tugas dalam format elektronik secara penuh.” (Bandick, 2015 ) Dari berbagai macam platform dan media online yang bisa ditemukan di internet, Google Classroom menyediakan berbagai macam fitur untuk mendukung kegiatan pembelajaran aktif secara online. Menurut Google for Education (2021), platform ini memungkinkan guru tetap “terhubung dengan siswa dari mana saja dengan metode blended learning yang mengkombinasikan kelas tatap muka dan kelas virtual, menyampaikan pengumuman di halaman Forum, dan memfasilitasi hubungan tatap muka dengan siswa secara virtual dengan menggunakan Google Meet yang juga disertakan di Google Classroom.”
Pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat ini dibagi dalam beberapa tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Semua kegiatan dalam program ini tetap memperhatikan protokol kesehatan untuk meminimalkan transmisi Covid-19. Program pengabdian kepada masyarakat ini memaksimalkan penggunaan teknologi internet dan media sosial untuk melaksanakan kegiatannya, seperti Zoom Meeting, Google Meet, dan Whatsapp..
Pada tahap perencanaan, survei lokasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran mitra (MI Ishlahul Ummah Pranti). Dalam tahap ini, tim pengabdian kepada masyarakat (PKM) ini juga mencari dan mendiskusikan berbagai masalah yang dialami oleh sekolah tersebut dalam pembelajaran daring serta menawarkan pilihan-pilihan sebagai solusinya. Di samping itu, tim ini juga mendata semua kebutuhan yang diperlukan untuk melaksanakan program ini, termasuk penyusunan rangkaian aktivitasnya beserta jadwal pelaksanaannya.
Tahap pelaksanaan merupakan inti dari program PKM yang didesain dalam bentuk diseminasi dengan mendekripsikan fitur Google Classroom secara tatap muka langsung dengan melibatkan guru dan siswanya. Kegiatan inti ini menjelaskan latar belakang masalah dan tujuan pelaksanaan program ini, serta memberikan deskripsi tentang keunggulan fitur Google Classroom. Di samping itu, kuesioner juga disebarkan untuk memperoleh pendapat mitra tentang Google Classroom sebelum dan sesudah kegiatan diseminasi.
Kegiatan diseminasi tersebut dilaksanakan melalui langkah-langkah berikut ini: (1) menyebarkan kuesioner untuk memperoleh pendapat mitra tentang fitur-fitur Google Classroom sebelum diseminasi; (2) memberikan penjelasan secara oral di ruang kelas dengan memberikan deskripsi tentang keunggulan aplikasi tersebut sebagai media dalam pembelajaran daring; (3) mengunggah video tersebut di Googe Classroom dan platform lainnya, seperti Youtube/Facebook/Instagram agar mitra (guru dan siswa dapat menonton video tersebut untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang media tersebut; (4) memberikan bimbingan secara daring melalui Google Classroom, virtual meeting via Zoom Meeting, atau Whatsapp; (5) membimbing dan memonitor penggunaan Google Classroom dalam pembelajaran daring; (5) mengevaluasi hasil diseminasi dengan menyebarkan kuesioner pasca pelaksanaan program PKM ini.
Pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat (PKM) ini berjalan sesuai ekspektasi. Para guru dan siswa telah mendapatkan deskripsi tentang keunggulan fitur Google Classroom untuk pembelajaran daring dan menerima bimbingan tentang cara penggunaannya. Selain itu, Sebagai ukuran keberhasilan, kegiatan PKM ini juga memperoleh pendapat guru dan siswa tentang fitur Google Classroom. (melalui pengisian kuesioner sebelum dan sesudah diseminasi).
Hasil kuesioner pra-diseminasi dan pasca-diseminasi menunjukkan perbedaan pendapat tentang fitur Google Classroom untuk pembelajaran daring. Perbandingan hasil tersebut menunjukkan adanya perubahan pendapat yang signifikan. Sebelum diseminasi, guru dan siswa menyatakan setuju. Setelah diseminasi, mereka menyatakan sangat setuju bahwa 9 fitur Google Classroom sangat mendukung pembelajaran daring. Fitur tersebut adalah (1) pendukung paperless learning, (2) pendukung pembelajaran tanpa batas ruang dan waktu, (3) pendukung pemberian penjelasan materi dan bahan ajar dari rumah, (4) pendukung pengerjaan tugas siswa dan koreksi guru dilakukan di rumah, (5) pendukung pengumpulan dan penyimpanan tugas yang aman dan mudah diakses melalui Google Drive, (6) pendukung kemandirian dan keaktifan siswa, (7) pendukung kemudahan komunikasi antara guru, siswa, dan wali siswa, (8) pendukung pengawasan aktivitas pembelajaran siswa, dan (9) pendukung penggunaan teknologi dan internet.Dan, mereka juga menyatakan sangat setuju untuk mendapatkan bimbingan ekstra tentang penggunaan Google Classroom.