PELATIHAN DETEKSI DINI SERANGAN STROKE PADA KADER KESEHATAN

Yurike Septianingrum, S.Kep., Ns., M.Kep
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
Surabaya – Pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan oleh Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, yaitu diantaranya Yurike Septianingrum, Ratna Yunita Sari, dan dr. Dyah Yuniati pada bulan April 2023 di Balai RW 01 Kelurahan Kebonsari, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Peserta pelatihan adalah kader kesehatan lansia di wilayah Kel. Kebonsari, Kec. Jambangan, Surabaya sebanyak 35 orang kader kesehatan. Masalah kesehatan yang banyak dialami oleh masyarakat RW 01 adalah hipertensi (47,5%) dan diabetes melitus (31,5 %), sedangkan penderita pasca stroke sebanyak 25 orang. Hipertensi dan Diabetes Melitus merupakan faktor risiko terjadinya stroke
Penyebab utama di balik stroke adalah gangguan suplai darah akibat penggumpalan darah pada saraf di otak. Stroke bisa mayor atau minor. Pada stroke ringan, suplai darah ke beberapa bagian otak terhambat, dan pada stroke berat, orang tersebut bisa kehilangan nyawa. Stroke adalah kondisi kesehatan darurat yang harus ditangani dengan hati-hati. Gejala umum termasuk kesulitan dalam bergerak, kebingungan, komunikasi verbal yang tidak tepat, dan kesulitan dalam memahami. Stroke menyebabkan kerusakan saraf jangka panjang dan kematian. The World Health Organization (WHO) mengklaim bahwa kematian akibat stroke sering terjadi. Jika stroke terdeteksi atau terdiagnosis sejak dini, kematian dan kerusakan otak yang parah dapat dicegah pada 85% kasus. Perawatan ekstra diperlukan untuk warga lanjut usia karena lebih mematikan bagi komunitas lanjut usia. Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada indikator- indikator kunci PTM yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019. Salah satu jenis penyakit yang termasuk PTM adalah stroke. Peningkatan kasus PTM secara signifikan diperkirakan akan menambah beban masyarakat dan juga pemerintah, karena penangannya membutuhkan biaya besar dan memerlukan dukungan teknologi tinggi. Hal ini dapat terlihat dari data yang dilaporkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) tahun 2017 sebesar 10.801.787 juta orang (5,7% peserta JKN) yang mendapat pelayanan untuk penyakit katastropik. Biaya yang telah dihabiskan sebesar 14,6 triliun rupiah (21,8%) dari seluruh biaya pelayanan kesehatan. Dalam upaya Pencegahan dan Pengendalian PTM di Indonesia maka perlu di kelola dengan baik sehingga dipandang perlu untuk melibatkan berbagai pihak dilapisan masyarakat, termasuk kader kesehatan di komunitas.

Konsep utama dalam penanganan stroke adalah memberikan pengobatan yang spesifik dalam waktu sesegera mungkin sejak serangan terjadi. Masalah yang muncul adalah tidak dikenalinya gejala awal serangan stroke oleh masyarakat. Alat penilaian sederhana untuk stroke adalah “SEGERA KE RS”, yaitu Senyum tidak simetris, Gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba, BicaRa pelo atau tiba-tiba tidak dapat bicara atau tidak mengerti kata-kata/bicara, Kebas atau baal, Rabun, Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan gangguan fungsi keseimbangan. Jangan menganggap remeh bila merasakan gejala atau tanda tanda terserang stroke seperti diatas, jangan tunggu sampai menjadi parah segera berobat ke Rumah Sakit. Pelatihan Deteksi Dini Serangan Stroke pada Kader Kesehatan ini diharapkan kader mampu mendeteksi masyarakat yang menunjukan gejala dan tanda tersebut segera dibawa ke Rumah Sakit untuk mendapatkan penanganan secepat mungkin, karena ada periode emas penanganan stroke agar penderita tertolong dan mengurangi risiko kematian atau kecacatan menetap/permanen. eriode emas adalah waktu yang sangat berharga untuk penanganan Stroke, yaitu kurang dari 4,5 jam sejak pertama kali muncul gejala dan tanda sampai dilakukan penanganan stroke di Rumah Sakit. Sehingga penderita harus sudah tiba di Rumah Sakit kurang dari 2 jam. Proses pemeriksaan sampai pengobatan membutuhkan waktu maksimal 2,5 jam. Bila terlambat penanganannya atau sudah lebih dari 4,5 jam maka Stroke akan menjadi parah bahan berisiko kematian atau kecacatan permanen.