DOSEN MENGABDI

PENTINGNYA ASUPAN ZAT BESI DAN GIZI PADA IBU HAMIL SEBAGAI UPAYA PERSIAPAN PERSALINAN DI ERA NEW NORMAL

dr Nathalya Dwi Kartika Sari SpPK, dr Hartatiek Nila SpOG, Endah Prayekti S.Si.,Msi, Sonia, Hamidumadjid
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Pada masa kehamilan, ibu akan mengalami perubahan-perubahan  pada tubuhnya. Perubahan yang terjadi akan menimbulkan keluhan-keluhan yang biasanya akan hilang sendiri, namun ada beberapa keadaan tertentu yang perlu ibu hamil waspadai. Keadaan tersebut harus diketahui oleh ibu hamil sebagai tanda bahaya pada masa kehamilan. Dalam meningkatkan kesehatan ibu hamil yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan edukasi sehingga dapat  meningkatkan persiapan mereka dalam menghadapi persalinan. Atas dasar permasalahan tersebut kami sebagai bagian dari tenaga kesehatan merasa perlu untuk berpartisipasi dalam memberi pemahaman dalam mempersiapkan  persalinan.

Anemia defisiensi besi dianggap sebagai jenis anemia gestasional yang paling umum dan merupakan manifestasi akhir dari defisiensi besi (ID). Anemia pada kehamilan didefinisikan sebagai kadar hemoglobin <11 g/dl pada trimester pertama dan <10,5 g/dl pada trimester kedua dan/atau ketiga. Anemia pada kehamilan dikaitkan dengan beberapa komplikasi baik pada ibu dan perinatal, seperti kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, preeklamsia, hipertensi gestasional, kematian ibu, lahir mati, dan depresi postpartum. Defisiensi besi pada ibu hamil mengarah ke rendah kadar zat besi pada neonatus dan bayi. Karena zat besi sangat penting untuk perkembangan saraf, penurunan ini dapat berdampak negatif pada perilaku, kognisi, dan akhirnya pengembangan akademik . Defisiensi pada bayi baru lahir juga dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko autisme, defisit perhatian / gangguan hiperaktif, dan cacat intelektual.

Hasil pemeriksaan terhadap 15 ibu hamil yang mengikuti offline pengmas dan dilakukan pemeriksaan darah gratis, didapatkan hasil pemeriksaan serum Iron dan HGB pada wanita hamil adalah sebagai berikut:

Tabel 5.1 hasil pemeriksaan serum Iron dan Hb wanita hamil

NoNamaUsiaUsia kehamilanHasil Serum Iron (ug/dl)HGB (g/dl)
1DS26 thn20-21 minggu77.911.2
2AS28 thn38-39 minggu57.711.1
3AU29 thn38-39 minggu65.912.0
4LN27 thn38-39 minggu57.011.3
5KD27 thn38-39 minggu31.99.7
6FP24 thn40-41 minggu65.711.2
7VA31 thn40-41 minggu80.312.3
8SK22 thn37-38 minggu24.19.1
9TA28 thn38-39 minggu62.712.8
10YM29 thn37-38 minggu91.510.5
11PS21 thn38-39 minggu29.810.2
12DH36 thn38-39 minggu95.012.5
13IN40 thn37-38 minggu68.013.4
14SE29 thn39-40 minggu34.911.7

Hasil pemeriksaan Hb dan Serum Iron  pada 14 orang ibu hamil diketahui bahwa parameter HGB didapatkan yang dibawah normal < 12 g/dl sebanyak 9 orang bumil sedangkan Serum Iron yang dibawah normal ( 37 -145 g/dl) didapatkan sebanyak 4 orang bumil. Hemoglobin (Hb) darah merupakan parameter yang digunakan untuk menetapkan prevalensi anemia. Volume plasma yang bertambah besar menyebabkan konsentrasi hemoglobin agak berkurang selama kehamilan. Akibatnya, kekentalan darah secara keseluruhan berkurang. Nilai normal Hb pada akhir kehamilan rata-rata 12,5 g/dL, dan sekitar 5% wanita hamil memiliki kadar Hb kurang dari 11,0 g/dL. Nilai Hb di bawah 11,0 g/dL terutama pada akhir kehamilan perlu dianggap abnormal dan biasanya disebabkan oleh defisiensi besi dan bukan karena hipervolemia kehamilan.

Hasil pengabdian masyarakat ini didapatkan rata-rata yang diperiksa darah ibu hamil yang diatas 37-38 minggu. Wanita hamil pada trimester ketiga kehamilan hingga persalinan banyak yang mengalami anemia  karena kebutuhan akan zat besi yang meningkat sesuai usia kehamilan sedangkan simpanan zat besi dalam tubuh tidak mencukupi sehingga banyak ibu hamil trimester III yang mengalami anemia defisiensi besi kecuali jika ibu hamil tersebut diberikan suplemen zat besi. Menurut laporan World Health Organization (WHO) 2005 terdapat 52% ibu hamil mengalami anemia di negara berkembang. Di Indonesia tahun 2010 dilaporkan bahwa dari sekitar 4 juta ibu hamil, separuhnya mengalami anemia gizi dan satu juta lainnya mengalami kekurangan energi kronis. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) melaporkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia tahun 2004 ialah 40,1% dan menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 turun menjadi 24,5%.8 Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia naik menjadi 37,1%. 9 Keadaan ini mengindikasikan bahwa anemia defisiensi zat besi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Mengingat besarnya dampak buruk anemia defisiensi zat besi pada wanita hamil dan janin, maka diperlukan perhatian khusus dengan cara edukasi pada ibu hamil tentang pentingnya asupan bergizi saat kehamilan.

Fina Amru Millati, S.Kom

Staff Bidang 3 dan IT LPPM UNUSA

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *