Pentingnya Peranan Kader dalam Meningkatkan Pengetahuan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) pada Santriwati di Ponpes Wahid Hasyim Bangil

dr. Evi Sylvia Awwalia, Sp. PD
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
Kader kesehatan yaitu tenaga yang berasal dari masyarakat yang dipilih oleh masyarakat sendiri dan bekerja secara sukarela untuk menjadi penyelenggara di desa siaga (Fallen & Budi, 2010). Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat.
Tanaman Obat Keluarga (TOGA) pada hakekatnya adalah tanaman berkhasiat yang ditanam di lahan pekarangan yang dikelola oleh keluarga. Ditanam dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan tradisional yang dapat dibuat sendiri (Kementrian Pertanaian RI, 2015). Penanaman TOGA dapat di pot atau di lahan sekitar rumah, dan jika lahan yang ditanami cukup luas maka sebagian hasil panen dapat dijual dan menambah pendapatan keluarga (Permatasari, P., Hardy, 2019).
Pondok pesantren merupakan tempat berkumpulnya banyak santri dimana rentan terjadinya penularan penyakit. Rata-rata para santri bila merasakan tidak enak badan atau sakit mereka langsung berobat ke klinik dan langsung diberikan obat-obatan secara medis oleh tenaga kesehatan setempat. Pada dasarnya pengobatan bisa dilakukan secara medis maupun tradisional seperti menggunakan tanaman obat keluarga (TOGA).

Melalui kegiatan sosialisasi yang telah di adakan di pondok pesantren Wahid Hasyim Bangil oleh kader setempat didapatkan perbedaan tingkat pengetahuan pada santriwati sebelum dan sesudah dilakukan sosialisasi. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil kuesioner pre test yang diberikan sebelum pemberian materi dan post test yang diberikan setelah pemberian materi. Menurut hasil pengolahaan data kuesiner dapat diketahui bahwa dari 20 santriwati dari hasil kuesioner pre test terdapat 11 responden (55.0%) sudah mengetahui Tanaman Obat Keluarga (TOGA), lalu untuk jawaban tidak pernah tahu sebanyak 9 responden (45.0%). Sedangkan untuk hasil kuesioner post test terdapat 18 responden (90.0%) sudah mengetahui Tanaman Obat Keluarga (TOGA), sedangkan jumlah jawaban tidak pernah tahu sebanyak 2 responden (10.0%). Terdapat peningkatan (90.0%) pengetahuan santri yang signifikan terhadap tanaman obat keluarga (TOGA) hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil post test yang dilakukan setelah diadakannya sosialisasi oleh kader setempat. Dengan adanya hasil peningkatan tingkat pengetahuan tersebut harapannya ilmu tentang tanaman obat keluarga (TOGA) tersebut dikemudian hari bisa memanfaatkan dan menggunakannya sebagai pengobatan herbal yang mudah dijangkau dilingkungan sekitar.