PELATIHAN & PENDAMPINGAN MANAJEMEN DEPRESI BAGI PERAWAT LANSIA
Sulistyorini , S.Kep.Ns., M.Tr.Kep
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
Di Indonesia peningkatan Usia Harapan Hidup akan menyebabkan meningkatnya jumlah lanjut usia. Berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan peningkatan jumlah lansia pada tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19 juta). Besarnya jumlah penduduk lansia di Indonesia membawa dampak yang positif dan negatif. Dampak positif akan timbul apabila penduduk dalam keadaan sehat, produktif dan aktif. Masalah lain yang akan muncul akibat dari peningkatan jumlah penduduk lansia adalah munculnya masalah kesehatan lansia baik fisik maupun psikososial seperti depresi.
Depresi pada lansia adalah suatu masa terganggunya fungsi dalam diri manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih serta gejala yang menyertainya. Definisi lain dari depresi adalah gangguan perasaan hati dengan ciri sedih merasa sendirian, rendah diri, putus asa, biasanya disertai tanda-tanda retardasi psikomotor atau kadang-kadang agitasi, menarik diri dan terdapat gangguan begetatif seperti insomnia dan anoreksia. Lansia yang memiliki potensi terkena depresi paling tinggi adalah lansia yang tinggal di panti dibandingkan dengan lansia yang tinggal dirumah dengan keluarga atau yang sedang mendapatkan perawatan di rumah sakit. Hal ini dikarekan, lansia yang berada di panti tinggal terpisah jauh dari keluarga sehingga tidak memiliki tempat untuk berbagi masalah dan kesedihan yang dirasakan. Depresi pada lansia lebih sulit untuk dideteksi dikarenakan usia lanjut yang sering menutupi kesepian serta rasa sedih dengan justru lebih aktif dalam mengikuti kegiatan.
Depresi dilatarbelakangi oleh berbagai permasalahan kehidupan yang dihadapi oleh setiap individu. Fator-faktor depresi pada lansia yang berkaitan dengan faktor sosiodemografik adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat penghasilan dan status pernikahan. Kesepian akan sangat dirasakan oleh lansia yang hidup sendirian, tanpa anak, kondisi kesehatannya yang rendah, tingkat pendidikannya rendah dan rasa percaya diri rendah, dari beberapa penyebab tersebut bisa timbul depresi. Masih banyak kejadian dilapangan yang mengharuskan lansia untuk tinggal di panti sosial dan terpisah jauh dari keluarga. Belum optimalnya pemantauan perawatan secara intensif continue dalam meningkatkan kesadaran dan pengetahuan dalam menjaga kesehatan secara optimal, tentang bagaimana menghadapi lansia yang mengalami depresi atau perawatan jangka panjang karena dampak dari depresi yang di derita oleh lansia yang mengakibatkan ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari dari lansia.
Masih tingginya angka depresi pada lansia yang ada di panti perlu ditangani dengan baik. Penanganan Lansia dengan depresi membutuhkan perhatian yang sangat besar dari semua penghuni panti. Selama ini program pelayanan kesehatan lansia yang sudah ada di Panti Werdha Jambangan sudah mempunyai program-program untuk lansia yang dijadwalkan setiap hari. Program-program tersebut adalah pemeriksaan kesehatan, sharing lansia, games untuk lansia, pelatihan keterampilan seperti membuat sabun cuci piring dan hand scrub, senam lansia, dan jalan-jalan pagi lansia. Namun kegiatan yang terprogram secara khusus penanganan lansia dengan depresi masih belum terprogram secara rinci. Lansia yang mengalami depresi kondisinya tidak dapat berfungsi dengan normal di perlukan dukungan sosial dapat berasal dari orang sekitar seperti keluarga, teman dekat, atau teman sebaya. Upaya yang dapat dilakukan oleh pihak panti werdha adalah meningkatkan kegiatan bersama yang diikuti semua lansia, seperti: makan bersama, kegiatan senam rutin, kegiatan ibadah bersama, serta acara hiburan seperti menonton bersama dan kegiatan bersama lainnya. Selain itu, petugas kesehatan dapat terus meningkatkan kompentensi agar dapat memberikan pelayanan kesehatan pada lansia khususnya untuk mengantisipasi kejadian depresi. Manajemen depresi melalui kegiatan Bersama sangat diperlukan untuk mengurangi perasaan sedih, kecewa dan tertekan. Kegiatan bercerita Bersama dengan olahraga rekreasi dan rendam kaki dengan air hangat dapat membantu memenuhi kebutuhan psikologis, social dan kenyamanan fisik. Terapi bercerita merupakan metode penyampaian sebuah cerita melalui media buku cerita, video, gambar, ataupun alat peraga dengan teknik yang interaktif.
Bercerita merupakan kegiatan penyampaian pesan, yang dapat berupa pesan pendidikan, keteladanan, kepemimpinan, mengembangkan emosi, serta merupakan kegiatan interaktif antara dua orang atau lebih. Terapi bercerita bermanfaat untuk mengembangkan moral, guna mengetahui perbuatan yang baik dan buruk. Bercerita merupakan suatu cara untuk memberikan nasehat, pesan, pencerahan, dan motivasi kepada seseorang Terapi bercerita ini dilakukan dengan cara berkelompok, terapi kelompok adalah terapi yang dilakukan secara berkelompok untuk memberikan stimulasi bagi seseorang dengan gangguan interpersonal. Terapi bercerita ini memiliki efek menstimulasi emosi yang akan membuat rileks.
Hidroterapi memiliki efek relaksasi bagi tubuh, sehingga mampu merangsang pengeluaran hormon endorphin dalam tubuh dan menekan hormon adrenalin. Dengan demikian, lansia yang menjalani treatment ini akan merasa tenang, relaks dan tidak ada beban. Terapi bercerita ini layak diterapkan pada lansia karena terapi ini memiliki efek menstimulasi emosi dan perasaan positif sehingga pada waktu luang terapi ini dapat diterapkan sebagai upaya peningkatan kejesahteraan lansia. Merendam kaki selama 10 menit dapat memberikan efek ke sistem persyarafan berupa efek relaksasi. Perasaan Rileks saat merendam kaki dengan air hangat juga akan memberikan rangsangan kepada hipotalamus untuk mengeluarkan hormon endorpine yang berfungsi untuk mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kekebalan tubuh.